GELAR BUDAYA “BABAD BANYUURIP” HASIL KARYA P5 BERBASIS BUDAYA SMK NEGERI 1 PURWOREJO
GELAR BUDAYA “BABAD BANYUURIP”
HASIL KARYA P5 BERBASIS BUDAYA SMK NEGERI 1 PURWOREJO
“Membentuk Karakter Siswa, Menghargai Budaya Lokal”
SMK Negeri 1 Purworejo menjadi salah satu sekolah yang ditunjuk oleh Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah untuk menampilkan pementasan pada Gelar Budaya Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) bersama dengan 12 sekolah lainnya di Cabang Dinas Pendidikan Wilayah VIII. Gelar Budaya P5 dilaksanakan selama dua hari, senin dan selasa, 14 dan 15 Mei 2024 bertempat di Gedung Wisma Budaya SMA Negeri 7 Purworejo. Pementasan hasil karya P5 berbasis budaya yang diangkat oleh SMK Negeri 1 Purworejo adalah gabungan dari beberapa bidang seni yaitu seni drama, seni musik dan seni rupa yang dikemas dalam sebuah drama kolosal berjudul “Babad Banyuurip”.
Mengapa harus Babad Banyuurip?
Babad Banyuurip merupakan sejarah asal-usul nama wilayah Banyuurip. Babad Banyuurip menjadi kegiatan P5 berbasis budaya lokal bertujuan untuk membentuk karakter siswa dan mengajarkan siswa untuk menghargai budaya lokal. Pemilihan Babad Banyuurip telah melewati diskusi beberapa usulan pementasan lain.
Waka Kesiswaan SMK Negeri 1 Purworejo, Ibu Indar Suhati selaku Penasehat Gelar Budaya Babad Banyuurip menyampaikan bahwa Ibu Kepala Sekolah memanggil Ibu Musrifah, Ketua P5 sekaligus Ketua Gelar Budaya Babad Banyuurip dan Bapak Sugito, Sutradara Babad Banyuurip, untuk mendiskusikan pementasa apa yang berbeda dengan yang lain.
Ketua program P5 sekaligus ketua Gelar Budaya Babad Banyuurip, Ibu Musrifah juga menyampaikan bahwa pemilihan Babad Banyuurip yang dikemas dalam sebuah drama kolosal telah melewati seleksi dari beberapa pilihan pementasan lainnya seperti seni tari dan seni musik, hingga akhirnya dipilihlah drama kolosal Babad Banyuurip karena SMK Negeri 1 Purworejo berada di wilayah di Kecamatan Banyuurip, jadi diangkatlah kearifan lokal atau budaya daerah di mana SMK Negeri 1 Purworejo berada.
Pementasan Babad Banyuurip, yang diikuti oleh 125 personil, gabungan dari 47 siswa sebagai paraga (tokoh drama), 11 siswa sebagai penabuh gamelan (wiyaga), 20 siswa sebagai kru properti dan 47 bapak/ibu guru dan karyawan sebagai panitia dilaksanakan pada hari kedua Gelar Budaya yaitu pada hari selasa, 15 Mei 2024. Babad Banyuurip yang dipentaskan selama kurang lebih 15 menit ini benar-benar budaya daerah setempat dan benar-benar hasil dari kegiatan P5 yang dilaksanakan oleh siswa pada P5 Kelas X Blok Ketiga pada tanggal 29 April sampai dengan 10 Mei 2024 dengan bimbingan dari Bapak Ibu Guru Mentor pada masing-masing kelompok. Kelompok P5 Kelas X pada blok ketiga tersebut yaitu kelompok seni drama dengan hasil berupa kostum serta aksesoris paraga (pemeran) pementasan, seni musik dengan hasil backsound serta iringan gamelan oleh wiyaga (pengiring gamelan) pementasan, dan seni rupa dengan hasil properti pementasan. Selain hasil dari masing-masing kelompok tersebut juga tentunya para paraga merupakan hasil dari seleksi seluruh siswa Kelas X pada seluruh kelompok.
Hal ini ditegaskan juga oleh Waka Kesiswaan, Ibu Indar Suhati, beliau menyampaikan bahwa pementasan ini tidak instan dan benar-benar mengangkat budaya daerah.
“Yang jelas kita ini tidak instan, jadi memang program P5 untuk blok ini bernuansa budaya yang mana kita terbiasa dengan budaya indutri, kita sekarang harus benar-benar mengangkat budaya daerah. Ternyata SMK 1 bisa, kepala sekolah, bapak ibu gurunya luar biasa, anak-anaknya juga mereka sepertinya menikmati ya, menikmati betul proses dari awal sampai akhir, perjuangan mereka di seni drama, seni musik dan seni rupa, kita kerahkan semuanya. Jadi menurut saya ini pengalaman kolaborasi yang luar biasa, yang mana tadi saat pertunjukan kita mendapatkan applause dari penonton sekolah lain, ternyata SMK Negeri 1 Purworejo itu tampilnya berbeda, benar-benar menggali budaya yang mungkin masyarakat purworejo saja banyak yang belum tahu sejarah Banyuurip itu seperti apa,” tegas Ibu Indar.
Bagaimana hasil pementasan Babad Banyuurip?
Perasaan lega, bangga dan terharu terpancar di wajah Ibu Kepala Sekolah, Bapak Ibu Guru Mentor, seluruh Panitia Pementasan Gelar Budaya Babad Banyuurip serta seluruh siswa paraga, wiyaga dan kru pementasan setelah adegan terakhir pada alur cerita Babad Banyuurip pada scene Air Kehidupan (Banyuurip) di mana Pangeran Jayakesuma berhasil mendapatkan air setelah menancapkan keris Kyai Panubiru di tanah yang nampak gersang dan kemudian menamakan wilayah tersebut dengan nama Banyuurip.
Ungkapan rasa bangga disampaikan oleh Ibu Kepala Sekolah, Ibu Indriati Agung Rahayu, beliau merasa bangga kepada anak-anak atas kemauan dan kemampuannya menyiapkan serta menampilkan pementasan yang spektakuler, bangga karena dengan mengangkat Babad Banyuurip maka sekolah telah ikut menyosialisasikan budaya lokal di mana SMK Negeri 1 Purworejo berada yaitu di wilayah Banyuurip dan bangga karena kesuksesan pementasan Babad Banyuurip merupakan hasil kerja sama dan gotong royong seluruh warga sekolah atau didukung oleh seluruh warga sekolah, di mana saat ini budaya gotong royonng sudah sedikit luntur dan menciptakan budaya saling mendukung itu tidak mudah, jadi hal ini merupakan wujud pembentukan karakter gotong royong dan saling mendukung di SMK Negeri 1 Purworejo.
“Pementasan yang ditampilkan anak-anak merupakan penampilan yang sangat spektakuler, memang dibuat berbeda dengan yang lain, sesuai dengan harapan dari Dinas Pendidikan, karena dari Dinas Pendidikan itu berharap yang ditampilkan memang mengangkat budaya tentunya budaya yang ada di sekitar kita, sehingga SMK Negeri 1 Purworejo mengangkat Babad Banyuurip. Kenapa saya menyampaikan spektakuler, karena saya yakin warga SMK Negeri 1 Purworejo tidak pernah menduga anak-anak akan bisa tampil seperti itu, karena mengingat untuk membuat skenario, mencari asal usul Desa Banyuurip itu saja kan tidak mudah. Tentu saja hasil yang ditampilkan merupakan usaha ataupun perjuangan yang berdarah-darah dari bapak ibu guru maupun para siswa, bapak ibu guru membimbing dengan baik, mengarahkan anak-anak untuk bagaimana bisa mengangkat budaya khususnya kearifan lokal, siswa dengan kemauan dan kemampuannya berhasil menampilkan pementasan yang spektakuler, dan seluruh warga sekolah yang telah memfokuskan membawa nama baik SMK Negeri 1 Purworejo di arena Gelar Budaya Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah.” ungkap Ibu Indri.
Lantas bagaimana tanggapan penonton Gelar Budaya menyaksikan drama kolosal Babad Banyuurip dari SMK Negeri 1 Purworejo?
Lina, siswa SMA Negeri 7 Purworejo menyampaikan penampilan dari SMK Negeri 1 Purworejo bagus, menarik, bercerita tentang budaya dan berbeda dari yang lain karena mengangkat drama sejarah atau budaya.
“Kita jadi mengetahui budaya, sejarahnya Banyuurip. Trus seluruh alat-alat membuat sendiri dari bahan bekas ya? Wah menarik sekali, bagus,” ucap Lina.
Hal senada dikatakan oleh Aurora dan Thea, siswa SMA Negeri 1 Purworejo, mereka mengatakan bahwa penampilan SMK Negeri 1 Purworejo menarik karena mengangkat sejarah Banyuurip.
“Penampilan dari SMK Negeri 1 Purworejo keren banget, luar biasa, menarik banget, bikin kita ngerti tentang sejarah Banyuurip” ucap Aurora dan Thea.
Sama halnya dengan Nadin, Siswa SMA Negeri 7 Purworejo, dia menyampaikan secara keseluruhan penampilan SMK Negeri 1 Purworejo bagus.
“Overall penampilan dari SMK Negeri 1 Purworejo bagus, keren, walaupun ada sedikit kendala di mikrofon ya,” ucap Nadin.
Suka duka dibalik suksesnya pementasan Babad Banyuurip?
Ibu Musrifah menyampaikan bahwa dalam perjalanan kegiatan P5 hingga Gelar Budaya terdapat suka dan duka di baliknya. Beliau menyampaikan bahwa pelaksanaan kegiatan P5 dilanjutkan dengan Gelar Budaya didukung oleh tim yang luar biasa, kolaborasi dari semua unsur yang ada di SMK Negeri 1 Purworejo dari pimpinan hingga tim pelaksana semua mendukung. Tim pelaksana melaksanakan semua tugas dengan penuh tanggung jawab sesuai tupoksi masing-masing dan saat harus berkolaborasi dalam satu tim mereka saling bekerja sama dengan baik. Siswa menunjukkan antusias yang luar biasa dan sangat mendukung, terlebih kegiatan ini dapat memunculkan minat dan bakat siswa yang selama ini masih terpendam.
Waktu persiapan yang cukup singkat dengan keadaan nol dan belum mengetahui sejarah Babad Banyuurip secara valid membuat tekanan dan perjuangan terasa berdarah-darah. Pencarian sumber atau referensi sebagai bahan pembuatan skenario penuh dengan perjuangan, mulai dari mencari sumber tertulis yang ada di Perpustakaan Kabupaten Purworejo yang mana tidak mendapatkan hasil, kemudian ke Dinas Arsip Daerah juga tidak menemukan titik terang, hingga akhirnya bapak ibu guru dan siswa menemukan buku Babad Banyuurip di rumah Bapak Oteng Suherman. Selain itu, bapak ibu guru dan siswa juga melakukan wawancara dengan Juru Kunci Punden Parigi yang merupakan situs sejarah Banyuurip.
Keterbatasan lain seperti kondisi bahwa SMK Negeri 1 Purworejo belum pernah melakukan pementasan drama kolosal, sehinggal hal teknis seperti kendala microphone clip on wireless, minimnya bahan untuk pembuatan properti dan kostum, hingga belum tersedianya fasilitas gamelan membuat usaha dan perjuangan menjadi lebih keras. Akan tetapi, keterbatasan tersebut tidak menjadi penghalang, walaupun harus berpindah-pindah sanggar agar tetap bisa berlatih gamelan untuk suksesnya pementasan pun tetap dijalani dengan semangat oleh bapak ibu guru mentor dan siswa. Selain itu, kreatifitas dari bapak ibu guru mentor dan siswa dapat membuat properti dan kostum dari bahan bekas seperti kertas semen dan sisa bahan praktek yang ada di sekolah.
“Puji syukur ke hadirat Allah SWT dengan izin dan ridho-Nya semua itu bisa terlaksana. Terima kasih untuk pimpinan SMK Negeri 1 Purworejo dan stake holder yang ada di sini, semua sangat mendukung. Bapak ibu guru mentor utamanya yang tergabung dalam P5, kemudian seluruh warga sekolah dengan dukungan mereka kita dapat mewujudkan drama tersebut. Selain itu, seluruh siswa baik yang terlibat dalam drama, yang menyiapkan properti, musik dan juga kostum, saya sangat berterima kasih. Tanpa mereka kita tidak bisa mewujudkan pementasan dengan baik. Kemudian seluruh siswa yang tidak terlibat dalam pementasan pun mereka sangat mendukung dengan menonton, memberikan support dan juga saat pementasan mereka datang untuk menyaksikan teman-teman mereka menyajikan drama tersebut,” ucap Ibu Musrifah dengan terbata-bata dan menahan air mata.
GALERI BABAD BANYUURIP
Share This Post To :
Kembali ke Atas
Berita Lainnya :
- ORASI KEBANGSAAN BERSAMA GUS MIFTAH
- DEKLARASI SMK NEGERI 1 PURWOREJO MENUJU SATUAN PENDIDIKAN RAMAH ANAK
- RANKING 3 POPDA TINGKAT KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
- DEKLARASI KOMITMEN INTEGRITAS SMK NEGERI 1 PURWOREJO SEBAGAI SEKOLAH BERINTEGRITAS
- SMK Negeri 1 Purworejo Lanjutkan Tradisi Juara pada LKS Tingkat Nasional XXXI di Jatim
Kembali ke Atas